Minggu, 19 Juli 2009

Dahsyatnya Ke-Ikhalasan....

Dalam suatu kisah diceritakan, suatu hari seorang raja melakukan perjalanan mengelilingi wilayahnya dengan diikuti beberapa pejabat tinggi kerajaan. Ia ingin mengetahui sejauh mana perkembangan dan pertumbuhan penduduk di wilayah kerjaannya itu.
Ketika memasuki sebuah pasar, sang raja dikejutkan dengan pemandangan yang memprihatinkan seorang pengemis tua dengan pakaian lusuh yang sedang duduk sambil menengadahkan tangan meminta sedekah.
Tergerak rasa peduli, sang raja dan rombongan pun berhenti lalu bertanya kepada pengemis itu, "Maaf pak, sudah berapa lama Bapak hidup seperti ini? Apa yang bisa saya lakukan dan berikan untuk meringankan beban Bapak?"
Pengemis tua itu menjawab, " Saya disini sudah lama. Apakah betul Baginda mampu memberikan apa yang akan saya minta?"
Mendengar jawaban itu, hati raja mulai terusik. Keinginannya untuk tulus membantu dibalas dengan jawaban yang terkesan menantang dan meremehkan. Sang raja berkata, "Bapak, kami sengaja datang kesini untuk menolong rakyat yang membutuhkan bantuan, seperti Bapak ini. Apa yang bisa kami berikan agar Bapak tidak seperti ini?"
"Terima ksih atas perhatian Baginda. Sebelum Baginda memberi sesuatu kepada saya, izinkanlah saya bertanya sekali lagi. Apakah Baginda raja dan rombongan sanggup memberikan apa yang saya minta?" Tanya pengemis tua itu.
Raja menjadi kesal. Wajahnya mulai memerah. Ketulusan dalam hatinya benar-benar telah terusik. Nada bicaranya sedikit meninggi. "Hai Bapak tua, aku adalah raha disini. Aku memiliki apa yang tidak dimiliki oleh orang lain disini. Kalau hanya sekedar memenuhi kantong sedekahmu, sambil memejamkan matapun aku bisa melakukannya sekarang! katakanlah!" "Baiklah Baginda. lakukan apa yang tuan maksud itu." Jawab si pengemis tua dengan rendah hati.
Mulailah raja memerintahkan bendahara kerajaan yang ikutbersamanya untuk mengisi tempat sedekah si pengemis dengan kepingan uang. Namun, ada yang aneh dan membuatnya begitu terheran-heran. Sudah dua pundi kepingan emas dituangkan ke dalam tempat sedekah pengemis tersebut, tetapi tidak penuh juga. bahkan, tampak kepingan-kepingan tersebut langsung hilang. Semua jadi terheran-heran. Sang raja tidak mau kehilangan muka, ia perintahklan bendahara untuk mengambil semua perhiasan yang dibawa dan diberikan ke tempat sedekah pengemis itu. Keherananya semakin memuncak. Uang, intan, permata, emas dan perhiasan-perhiasan lainnya tidak juga membuat penuh tempat sedekah si pengemis.
Si pengemis tua yang tidak diketahui asal-usul nya ini tetap diam sambil menatap raja dan tersenyum, sementara bendahara raja terus sibuk memasukkan apa saja yang berharga ke tempat sedekah si pengemis. Akhirnya, raja memerintahkan bendaharanya untukmenghentikan pengisian tersebut. Ia pun bersimpuh sambil bertanya, "Apa-apaan ini? kenapa semua perhiasan dan benda berharga yang kami masukkan ke tempat sedekah mu, tidak membuat nya penuh. Bahkan, terkesan kosong seperti tanpa alas. Kenapa?"
"Benar Baginda, tempat sedekah ini terkesan kosong seperti tanpa alas. Setiap dimasukkan benda ke dalamnya langsung hilang. Seperti itulah Baginda, ibarat orang yang melakukan dan memberikan sesuatu dengan kesombongan, keterpaksaan, menggerutu, atau dengan segala niatan lainnya yang tidak ikhlas. Maka semuanya tidak akan mendatangkan manfaat sama sekali. Sebanyak apaun, semuanya laksana debu yang beterbangan."
Raja terheran dengan jawaban itu. Ada yang masih ingin ditanyakannya, "Lantas, bagaimana menutuo alasnya agar aku bisa memenuhi kantong itu?"
" Sesungguhnya yang bisa menjadi alas yang mampu menutup kantong amal kita agar tidak hilang sia-sia hanyalah ketulusan dan niat yang ikhlas..."

Saudara/i ku yang seiman,
Amal kebaikan yang rusak karena dikerjakan dengan hati yang tidak ikhlas. sebanyak apapun amalannya, jika tidak diniatkan untuk Allah semata, maka semuanya tak ubahnya seperti debu yang menggunung dan akhirnya musnah tertiup angin, semua jadi sia-sia begitu saja.
(Diadaptasi dari unknow, semoga memberikan pencerahan bagi kita semua. Amien)

Rabu, 15 Juli 2009

Ketika Kaki dan Tangan Berkata

KETIKA MULUT, TAK LAGI BERKATA
TAUFIQ ISMAIL

Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, "Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?" Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa.

Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan.

Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin.

Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim. "Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti.

Maknanya, "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi.

Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya. "Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65…" kata Taufiq.

Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi.

Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi.

Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak.

Mengenai menangis menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

***

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut.

Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. "Kenapa Bang, kurang?" Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya.

Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ' kan ?"

Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.

****

Pada subuh hari Jum'at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura.

Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem.

Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin.

oOo

Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Lirik : Taufiq Ismail
Lagu : Chrisye

" Akan datang hari... mulut dikunci
Kata tak ada lagi

Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba

Rabbana
Tangan kami...
Kaki kami.......
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah

Di jalan cahaya…. sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu yang hina
sumber :
Agustinus Prasmono, S.Ag
Inspiring Story (Nasehat Melalui Kisah) Grup Facebook

Minggu, 12 Juli 2009

Menghormati Tamu....


"Siapa yang mau menjamu tamuku ini? " Tanya Rosululloh. Karena Rosululloh tidak memiliki hidangan yang istimewa. Demi menggembirakan tamu , beliau menawarkan para shahabatnya untuk bisa memuliakan tamu tersebut.

Semua yang hadir menawarkan dirinya untuk memuliakan tamu tersebut. Seorang shahabat orang anshar yang mengacungkan tangan "aku saja yang menjamu tamumu ya Rasulullah"

Kemudia shahabat nabi tsb membawa ke rumahnya, sampai dirumah mengetuk pintu dengan keras hingga istrinya bangun.

Kenapa suamiku? kau tampak terburu buru. “akrimiy dhaifa Rasulillah” kita dapat kemuliaan tamunya Rasulullah. Ayoo.. muliakan, keluarkan semua yang kita miliki daripada pangan dan makanan, semua keluarkan. Ini tamu Rasulullah bukan tamu kita, datang kepada Rasul, Rasul saw tidak bisa menyambutya karena tidak ada makanan yang layak untuk tamu beliau.

Istrinya berkata “suamiku, makanannya hanya untuk 1orang. Tidak ada makanan lagi, itu pun untuk anak anak kita. 2 orang anak kita hanya akan makan makanan untuk 1 orang, kau ini bagaimana menyanggupi undangan tamu Rasul? kau tidak berfikir lebih dulu? apakah kita punya kambing, punya ayam, punya beras, punya roti, jangan main terima sembarangan!”

“Kita tidurkan cepat cepat, matikan lampu agar anak kita cepat tidur”. Kata lelaki tulus ini,

Ditidurkan anaknya tanpa makan. Lalu tinggal makanan yang 1 piring untuk 1 orang, “ini bagaimana? tamunya pasti segan jika tuan rumah tidak ikut makan karena cuma 1 piring makanannya”.

Suaminya berkata “nanti sebelum kau keluarkan piringnya, lampu ini pura-pura kau betulkan. lalu kau tiup hingga padam, seakan-akan pelitanya rusak. Setelah itu Taruh piring, persilahkan tamu kita makan dan kita taruh piring kosong di depan kita.Biarlah Tamu kita makan dan Kita temani dia seakan akan kita juga ikut makan.Tamu kita tidak tahu karena ruangan gelap”. Kata suaminya tersenyum.

Maka tamunya tidak tahu cerita lampunya mati, pelitanya rusak, tamunya makan dengan tenangnya, nyenyak dalam tidurnya, pagi pagi shalat subuh kembali kepada Rasul saw “Alhamdulillah ya Rasulullah aku dijamu dengan makanan dan tidur dengan tenang”. Rasul berkata “Allah semalam sangat ridho kepada shohibul bait (tuan rumah) yang menjamumu itu ”

Sumber : HR Bukhori ( dengan terjemahan bebas )

oOo

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.
( HR Muslim )
SUBHANALLAH!!!

Kamis, 09 Juli 2009

Pelajaran Dari Burung Beo

Ada seorang kyai pemilik sebuah pesantren kecil yang punya seekor burung Beo. Burung beo ini pandai sekali bercakap-cakap. Dia memang dipelihara sejak masih kecil oleh Kyai tersebut. Sebut saja namanya Kyai haji Mustafa.

Kyai Haji Mustafa ini sangat sayang pada burung beonya. Burung beo ini ditaruhnya di depan kamarnya yang memang menghadap teras sekaligus menghadap bangsal kelas pesantrennya. Jadi, hampir tiap pagi hingga sore burung beo tersebut mendengar suara anak-anak pesantren tadarrus Al Quran dan ditambah dengan tiap malam mendengar ceramah agama islam yang memang dilakukan setiap sepuluh menit menjelang waktu tidur.

Karenanya, tidak heran kalau burung beo itu selalu melafalkan kalimat-kalimat thayibah setiap kali dia mengeluarkan suara-suara yang meniru suara manusia. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, rasanya sudah sering keluar dari mulut burung tersebut. Tentu saja dengan suara pelo khas burungnya. Bahkan, jika burung itu sedang tidur lalu ada yang mengagetkannya, maka burung tersebut langsung spontan mengeluarkan kalimat “Astaghfirullah!."

Hal ini membuat Kyai Mustafa kian sayang pada burungnya tersebut. Murid-murid di pesantren itu, karena melihat gurunya begitu sayang, juga ikut menyayangi si burung dan merawat serta menjaganya dengan sebaik mungkin.

Suatu hari, di siang hari yang panas terik, ketika Kyai Mustafa sedang istirahat di kamarnya tiba-tiba dia mendengar sebuah suara yang tidak asing di telinganya

“KWAAAKKKK..!!" Begitu bunyinya. Itu adalah suara khas seekor burung Beo. Spontan Kyai Mustafa melompat dari tidur siangnya dan berlari menghampiri si Burung Beo. Ada apakah gerangan?

Ternyata, seekor kucing besar telah menerkam burung beonya. Kucing itu segera berlari melihat kehadiran Haji Mustafa. Darah berceceran di mana-mana dan leher burung beo yang malang itu nyaris terputus. Lidah si Beo menjulur ke luar. Burung kesayangan telah pergi menghadap Allah SWT. Haji Mustafa terpaku melihatnya, hilang kata-katanya, bahkan kesedihan pun tak langsung terasakan karena rasa terkejutnya itu. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Hanya itu kalimat yang sempat meluncur dari mulutnya.

Hari-hari selanjutnya, Haji Mustafa jadi terlihat murung. Dia tampak semakin sering menyendiri dan mengasingkan diri dari keramaian sekitarnya. Murid-muridnya ikut sedih dan berduka. Melihat gurunya sedih, semua murid di pesantren itu juga ikut sedih dan tak bergairah. Mereka berusaha mencari tahu bagaimana caranya agar guru mereka kembali bersemangat seperti dahulu. Karena biar bagaimanapun, yang mati tidak akan kembali.

Maka mereka semua bersepakat untuk membelikan seekor burung Beo yang baru yang juga sudah pandai berkata-kata. Hadiah itu diberikan pada sang guru dengan harapan bisa menghilangkan kesedihan sang guru.

Demi melihat hadiah dari murid-muridnya, haji Mustafa termenung. Ditatapnya semua murid-muridnya satu persatu.

“Tahukan kalian, mengapa aku bersedih dan sering menyendiri setelah kepergiaan burung beoku? Murid-muridnya menggeleng. Dalam hati mereka berkata, apakah hadiah yang mereka berikan tidak memenuhi standar yagn dikehendaki gurunya?

“Aku bersedih bukan karena kehilangan si Beo. Bukan anak-anak. Aku bersedih karena aku berada di dekat si Beo ketika nyawanya meregang. Aku terkejut, karena si Beo yang lidahnya sudah sangat fasih mengucapkan kalimat Thoyibah, yang mulutnya tak henti memuji Allah bahkan yang terkejutnya pun tak pernah lupa pada nama Allah, ternyata di akhir hidupnya, yang keluar dari mulutnya bukan nama Allah. Burung Beo itu lupa dengan semua kalimat Thoyyibah yang sudah dihapalnya justru di akhir hidupnya. Aku sedih, sangat sedih karena aku takut, jika malaikat datang mencabut nyawaku, aku takut akupun seperti si Beo.Aku lupa pada Allah Naudzubillahi min dzaliik.

oOo

Kita mungkin kelak menjadi orang tua, Kelak mungkin menjadi orang kaya tapi Mungkin pula menjadi orang miskin. Kita mungkin saja mempunyai anak dan keluarga, mungkin juga tidak. Kita mungkin bisa mengalami kesuksesan tapi mungkin saja kebalikannya. Sedangkan kematian ? Setiap kita dapat dipastikan akan mengalaminya. Sesungguhnya, kematian adalah sesuatu yang amat dekat, lebih dekat dari urat leher kita bahkan, namun sering terlupakan.

“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal ? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan Hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan (Quran.21: 34-35).

oOo

Kita memohon kepada Allah atas karunia dan Kasih-Nya, agar dijadikan golongan orang-orang yang bersegera mengejar ketertinggalan (dalam beramal), termasuk dalam golongan orang yang berhati-hati dengan datangnya kematian, mempersiapkan bekal diri sebelum mati, dan mengambil manfaat dari segala petunjuk serta nasehat.


Sabtu, 04 Juli 2009

Hadiah Cinta

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, "aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.

Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.
Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemu ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah.........bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan? "Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui. (diadaptasi dari unknown. Terima kasih untuk siapa saja yang telah menulis cerita indah ini - Editor)

Jumat, 03 Juli 2009

Yakinlah dengan Hasil Istikhorohmu!!!! Kekuatan Hati Vs Nafs

Saudaraku, Allah ‘Azza Wa Jalla begitu sayang dan memiliki kasih yang begitu besar untuk umat islam, umat yang beriman, dan umat yang selalu tahu kepada siapa dia akan menyembah dan meminta pertolongan. Contoh kecil saja, ketika manusia kebingungan untuk memilih atas beberapa pilihan yang ada , kasih sayang Allah nampak melalui islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan  memberikan tools untuk mendapatkan dan memantabkan pilihan yang insha Allah terbaik buatnya. yaitu dengan istikharoh.

msn-confuseNamun, sesuai fitrah manusia pula, yang mempunyai nafsu dan syahwat, kadang ketika kita sudah melalukan istikharoh berkali-kali dan dengan izin Allah, beberapa isyarah/tandauntuk kita dari Allah, nafsu dan syahwat ini seolah mengatakan “aku tidak cocok dengan pilihan itu, itu kan begini …. itu kan begitu … kan sayang kalo ini harus ditinggalkan, … kan udah kadung seneng sama yang ini …” dan sederet protes kecil dari nafsu atas pilihan itu. Begitulah fitrah manusia, mudah mengingkari sesuatu yang sekiranya tidak seiya sekata dengan nafsu. Di sisi lain, ketika proses istikharoh dilakukan untuk putaran kedua (kayak pilpress aja :D ) , hasil yang sama tetep berpihak pada isyarat-isyarat pilihan pada putaran pertama, seolah isyarat itu mengatakan, “Teteplah … secara yang Mengetahui itu Allah Ta’ala gitu lho, jadi kayaknya ini pilihan buat mu deh , bener-bener mantab dan terbaik untuk hamba-Nya” datang dalam memantabkan sebuah pilihan … pilihan yang terbaik

saudaraku, kalau kita bareng pahami lebih lanjut .. di sinilah, diuji keimanan dan keikhlasan kita untuk menjalani hidup ini. Hidup sesuai jalan yang diridhoi oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Nah, bagaimanapun juga, sebelum keimanan dan keikhlasan itu diuji, maka jiwa dan hati ini perlu sering-sering diasah dengan ilmu agama , yaitu ISLAM dengan segala kedahsyatan yang ada dalamnya. Termasuk sarana-sarana penjaga keimanan seperti yang pernah saya sajikan pada postingan sebelumnya, seperti postingan Pernahkah kau merasa … Hatimu hampa ?? , Jagalah hati dengan Dzikrullah , dll … (bisa diliat di Daftar Isi >> Tazkiyatun Nafs)

Oleh karena itu , wahai saudara dan saudariku di jalan Allah, ikhwah fillah, menerima apa yang Allah berikan kepada kita dengan rasa syukur dan qona’ah adalah penerimaan yang terbaik yang bisa kita berikan kepada Allah , sebagai Dzat yang telah memberi kita kehidupan yang kompleks dengan setiap permasalahan yang ada di dalamnya. Tetap semangat menjalani setiap proses, di setiap  aksi ada reaksi, dan bersiap-siaplah dengan reaksi yang tidak mengenakkan hati sekalipun, karena pada dasarnya itu adalah ujian dan tarbiyah (pembelajaran ) dari Allah untuk lebih menguatkan hati kita. Dan jangan lupa … apapun masalahnya, kembali pada Allah adalah langkah pertama yang harus ditempuh … Bismillah !!! setelah itu baru tahap kedua ketiga dan seterusnya mengiringi ikhtiar kita sebagai manusia yang hidup di dunia dengan proses-proses teknis dan duniawi.

keluh kesah, penyemangat diri yang tumpek blek …. :

Life must go on !!!
Never give up !!!
Don’t worry be happy !!!
You will never know, if you never try !!!
Do your best in your life !!!
Give your best , n Allah will give you the truth Happiness !!!
Insha Allah
Inna Ma’al ‘Usri yusroo …
Setelah ada kesulitan ada kemudahan
Jagalah hati . Allah akan menjagamu …
Allahu Akbar
berharap untuk selalu mencintai dan dicintai oleh Allah, serta mencintai orang lain karena Allah

“karena berharap pada Allah adalah pengharapan yang tak akan pernah membuat kita kecewa” – selalu penuh hikmah tanda cinta-Nya pada kita :D

http://bungakehidupan.wordpress.com/2009/07/03/kekuatan-hati-vs-nafsu-godaan-setelah-istikharoh/