
| Rating: | ★★★★★ |
| Category: | Books |
| Genre: | Religion & Spirituality |
| Author: | Lucy Bushill-Matthews |
Judul buku: Aku Seorang Muslimah-Muallaf
Penulis: Lucy Bushill-Matthews
Penerbit: Lentera Hati, 2009
Tebal: xv + 358 halaman
Masih muda namun sudah berani mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Lucy Bushill-Matthews adalah remaja putri warga negara Inggris yang memutuskan menjadi muallaf saat berusia 19 tahun. Ketika itu dia masih kuliah di Cambridge University.
Bukan hanya menjadi muallaf, dia juga berani nikah muda saat masih jadi mahasiswi.
Kisah hidup Lucy sejak remaja hingga menjadi ibu dari tiga orang anak, dituangkannya dalam buku ini. Banyak suka-duka menjadi muallaf di Inggris. Mulai dari reaksi keluarga, interaksi dengan teman di kantor, pengalaman bepergian ke beberapa negara, hingga kepeduliannya terhadap pendidikan anak-anak muslim di Inggris, diungkapkannya dengan ringan, enak dibaca, dan mudah dimengerti.
Dari kisah hidup Lucy, banyak hal yang bisa diteladani, khususnya oleh remaja muslimah. Di awal keislamannya, dia berusaha menerapkan syariat Islam dengan teguh, seperti salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, dan mengenakan busana muslimah.
Selain itu, dia juga menolak mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak halal, dan ketat menjaga pergaulan dengan lawan jenisnya.
Dengan kata lain, dia menolak pergaulan bebas, yang sudah menjadi hal biasa dalam pergaulan muda-mudi di barat! Ini yang perlu diteladani remaja-remaja muslimah, yang masih kerap tergoda dan terbawa arus pergaulan bebas, yang bisa merusak akhlak mereka.
Setelah menikah dengan pria pilihannya, Julian, Lucy kerap bepergian ke beberapa negara Islam, termasuk Indonesia. Dia juga melaksanakan rukun Islam kelima, naik haji ke tanah suci.
Julian adalah orang pertama yang mengenalkannya dengan Islam. Pria keturunan Iran ini adalah teman sekolah Lucy, yang punya pengetahuan agama cukup luas, dan taat beribadah.
Semua pengalaman dan interaksi Lucy dengan kaum muslim di berbagai belahan dunia diceritakannya dengan apik. Dengan jujur dia mengisahkan apa yang dia lihat dan temukan di negara-negara tersebut.
Tak lupa dia juga menyampaikan kritik atas perilaku umat Islam yang tidak bisa diajak berdisiplin. Mengantre, contohnya. Untuk urusan satu ini, dia harus mengakui tradisi di negaranya jauh lebih baik karena warganya sudah terbiasa mengantre dengan tertib dan sabar.
Meski berbeda agama dengan orangtua dan saudara-saudaranya, Lucy tetap memelihara silaturrahmi dengan mereka. Nampaknya dia sudah memahami dengan baik konsep silaturrahmi dengan orang berbeda agama dalam Islam.
Saat Natal, misalnya, Lucy berkumpul dengan keluarganya, namun tidak ikut dalam ritual Natal, dan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak halal. Keluarganya juga dapat memahami pendirian Lucy dengan keyakinan barunya.
Tak banyak buku tentang kisah hidup muallaf yang hidup di barat. Buku ini adalah otobiografi penulisnya, yang membeberkan dengan jujur dan apa adanya perjalanan hidup sang penulis sebagai seorang muslimah muallaf.
Banyak hal bisa diteladani dari kisah hidup Lucy, dan mereka yang sudah Islam sejak lahir tak perlu malu meneladaninya.
Justru kita malu karena kita tidak menjalankan ajaran islam secara kaffah.
sumber :
http://dyhary.wordpress.com/