Sabtu, 03 April 2010

Sebuah Renungan yang Sangat Menggugah Hati....

Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya duarakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Sholat lima waktu? Sudah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek pula… Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah. Dilipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu. Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan:…..”Kalau tidak terlambat” atau “Asal nggak bangun kesiangan”. Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?

Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisimalam-malamnya….dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Takjarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalamkhusyuknya.Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap …. AllahYang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika adzanberkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas …. menujusumber panggilan, …. kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh…. di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata.

Baca Qur’an sesempatnya, tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapihikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah initak sedikit pun membuat dada ini bergetar. Padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ….. ketika dibacakanayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya.Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin.Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku beriman?

Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka … untukmeredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, ……tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam …. dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya.Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa mereka jatuh karena…. lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah denganpemahaman dan pengamalan tertinggi…..Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, itu pun dipilih matauang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatanbakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan.Sudahlah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum.Apa sih susahnya senyum?

Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah?
Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tuturlembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan sematamiliki Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain. Juga bukanteruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya.

Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, …bahkan kepada musuhnya sekali pun. Ia juga mengajarkan para sahabat untukberlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dansebaik-baiknya.

Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, …. ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambahsumpah tujuh turunan. Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aibdan kejelekan saudara sendiri.

Detik demi detik dada ini terus jengkel… setiap kali melihatkeberhasilan orang dan berharap orang lain celaka … atau mendapatkanbencana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini?Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullahkelak?

Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orangberiman yang masuk ke dalam surga Allah kelak. Tentu saja mereka yangberkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula. Tak inginkah kitamenjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu? Lalu kenapa masih terusbermuka masam terhadap saudara sendiri?

Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tuakurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalahlagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apapun … selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah merekabesarkan ……dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata,juga darah.

Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah?Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih. Kaki mulia ibu lah yangdisebut-sebut tempat kita merengkuh surga. Bukankah Rasulullah yang takberibu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliaumenyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah? Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat …… masih bisa mendapatitangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan? Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu.Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu… hinggakita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka? Jangan tunggu penyesalan. …..Bagaimanakah sikap kita ketika bersimpuh di pangkuan orang tua ….ketika iedul Fitri yang baru berlalu ….??? Apakah hari itu….hanya hari biasa yang dibiarkan berlalu tanpa makna………??? Apakah siangharinya….kita sudah mengantuk….dan akhirnya tertidur lelap…? Apakah kita merasa sulit tuk meneteskan air mata…??? atau bahkan kita menganggap cengeng……??? sampai sekeras itukah hati kita….???
ASTAGHFIRULLAHAL ADZHIM
Ya…Allah ….ya Rabb-ku……jangan Kau paling hati kami menjadi hati yg keras……, sehingga meneteskan air matapun susah……. merasabersih……merasa suci…. merasa tak bersalah……merasa tak butuh orang lain…… merasa modernis…..dan visionis………Padahal dibalik cermin masa depan yang kami banggakan….. terlukis bayang hampa tanpa makna…..dan kebahagiaan semu penuh ragu…..Astaghfirullaah ……Yaa Allah…ampunilah segenap khilaf kami.
Amin
sumber : grup di facebook catatan renungan dan kisah yang inspiratif



7 komentar: