Minggu, 22 Februari 2009

Mari Kita Pertahankan HIDAYAH yang MAHAL itu....

Menjaga Hidayah

Beruntunglah orang-orang yang mendapat hidayah. Di beberapa tempat dalam al-Qur’an, Rasulullah, Muhammad SAW sangat menginginkan keluarga dan kaumnya mendapat hidayah itu. Namun Allah SWT mengingatkan beliau bahwa urusan memberi hidayah adalah hak prerogatif-Nya. Tugas beliau hanyalah menyampaikan apa yang Allah SWT perintahkan untuk disampaikan. Beliau tidak perlu sedih atau kecewa jika mereka yang beliau ajak masuk Islam tidak mendapatkan hidayah Allah SWT untuk itu.

Mari kita perhatikan ayat-ayat berikut itu: “Sesungguhnya Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. Al-Baqarah, 213). “bukan kewajibanmu memberi hidayah kepada mereka, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Baqarah, 272). “engkau (Muhammad) tidak dapat memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Qashash, 56).

Oleh karena itu, al-Qur’an mengajarkan doa berikut: “ya Tuhan kami, janganlah sesatkan kami setelah engkau memberi hidayah kepada kami dan karuniakanlah kami kasih sayang dari sisi-Mu. Sesungguhnya engkau maha pemberi karunia”. (QS. Ali Imran, 8).

Ya, kita memohon agar tetap berada dalam hidayah, agar jangan sampai kembali salah setelah benar, sesat setelah lurus. Jika kita telah berhasil meninggalkan dosa-dosa, besar maupun kecil, kita memohon agar jangan sampai kita kembali melakukannya. Kalau kita telah dituntun oleh Allah berada pada kondisi yang nyaman, ruman yang tenteram, hati yang terus bergairah dalam kebaikan, kita memohon jangan sampai kita dikembalikan pada hidup yang sempit, panas, penuh kegelisahan dan susah berbuat baik.

Tentu saja mempertahan hidayat butuh usaha dan kerja sungguh-sungguhnya. Dalam pergaulan hidup kita sering mendengar, “mempertahankan lebih berat dari merebut”. Bertahan dalam hidayah meniscayakan kita untuk berusaha terus menjaga segala sesuatu yang dimestikan oleh hidayah itu. Misalnya, kita mesti menjaga solat kita agar bisa kita tegakkan dengan benar: dikerjakan tepat pada waktunya, lengkap syarat-rukunnya, penuh penghayatan karena kekhusyu’an; Kita menjaga perbuatan dan apapun yang masuk ke tubuh kita adalah sesuatu yang halal dan baik dan seterusnya-dan seterusnya.

Kalau kita bisa mempertahankan dan mengembangkan hidayah tersebut, Insya Allah, kita akan merasakan kenikmatan iman, kenikmatan shalat, kelezatan membaca Al-Qur’an, keluarbiasaan zikir dan seterusnya. Kita akan merasakan miniatur surga sudah diturunkan dalam hidup kita. Kondisi macam ini, akan menjamin kebahagiaan hati kita, meskipun harus berhadapan dengan kondisi apapun: berlebihan atau kekurangan secara materi, diberi kesehatan atau sedang diuji dengan penyakit, sedang berkumpul atau berpisah dengan orang-orang yang kita cintai. Ukuran hidup kita menjadi lebih langgeng dan spiritual. Asal kita masih bisa berzikir, masih bisa shalat, masih bisa baca al-Qur’an, masih bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang diperintahkan oleh Allah dan masih bisa menjauhi dosa-dosa, kita pada hakikatnya masih diberi karunia luar biasa oleh Allah SWT.

Maka marilah kita syukuri hidayah itu. Mari kita mempertahankannya dengan sungguh-sungguh!

http://hikmahdedywsanusi.blogspot.com/2008/04/menjaga-hidayah.html

2 komentar: