Rabu, 21 Maret 2012

Catatan cinta dari mekkah

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Nonfiction
Author:Awy Ameer Qolawun

Sebenarnya aku sudah baca buku ini seminggu yang lalu. Buku Catatan Cinta dari Mekkah ini adalah buku karangan Awy Ameer Qolawun.
Baru sekarang ini aku merasa tertarik untuk menuliskan resensinya.
Sewaktu pertama kali melihat covernya yang berseliweran difb aku belum merasa tertarik beli buku ini. Pikirku isinya pasti tentang novel picisan antara Indonesia Mekkah.
Tapi sewaktu di book fair minggu lalu di Senayan, aku tiba-tiba tertarik membelinya setelah aku sempatkan membaca resensi dibalik buku itu dan membaca isinya sekilas, aku berubah pikiran.
Yang bikin aku sangat tertarik membaca buku ini adalah :
1. Penulis tinggal di Mekkah untuk menuntut ilmu. Itu adalah salah satu keinginan terbesarku saat ini.
2. Penulis banyak menggunakan kata-kata dalam bahasa arab yang sangat membantuku untuk mengingat-ingat kosa kata bahasa arab yang sudah lama tidak kugunakan.
3. Penulis menceritakan tentang pengalamannya dibeberapa pesantren yang menurutku sangan menarik.
4. Penulis menceritakan tentang pengalamannya menghafal Alqur’an dan membuatku lebih semangat dalam menghafalnya.
5. Penulis banyak memberikan nasihat tanpa kesan menggurui.
6. Penulis banyak memberikan motivasi agar tidak bosan untuk menuntut ilmu.
7. Dan masih banyak lagi…..

Cerita-cerita Gus Awy tentang kehidupan pesantren yang dilakoninya bisa membuat seolah-olah pesantren juga bagian dari kehidupan kita (yang notabene bukan santri) sehari-hari.
Gus Awy menceritakan pengalamannya menuntut ilmu di beberapa pesantren. Keputusan penulis untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke SMA itu sangat berani. Penulis lebih memilih untuk menghafal Alqur’an dan “nyantri” di pesantren ayahnya. Walaupun notebene penulis adalah anak seorang Kyai pemilik pesantren tersebut, tetapi penulis tidak lantas menisbatkan dirinya menjadi seorang Gus, yang banyak terjadi di pesantren-pesantren lainnya. Dia tidak lantas gila hormat dengan kedudukannya itu, tetapi tetap berbaur dengan santri-santri lainnya. Bahkan penulis sering melanggar aturan pesantren ayahnya itu. Cerita-cerita jujur penulis itu cukup menghibur kita, disertai juga beberapa nasihat yang tidak menggurui.
Cerita tentang hubungan penulis dengan Baba-nya (ayahnya) juga sangat menarik . Ayahnya sangat keras mendidiknya, dan itu yang membuatnya menjadi seorang Hafidz, dan membuatnya diterima untuk belajar di Mekkah. Dimana ada kemauan, pasti kita BISA. Itu pelajaran yang bisa kita ambil setelah membaca buku ini.

Selain cover yang menurut saya kurang menarik, buku ini sangat bagus. Buku ini cocok bagi yang ingin menuntut ilmu dipesantren, yang ingin menghafal Al’quran, yang ingin menuntut ilmu di Mekkah, yang ingin menambah kosa kata bahasa arab, atau yang ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Recommended banget deh. Jadi, selamat membaca :)

4 komentar:

  1. well you know what they say...
    dont judge a book by its cover :D

    BalasHapus
  2. bagus resensix..,,,,
    tapi apakah ada novel yang menceritakan tentang seorang gus yang suka pada santrix sendiri ???

    BalasHapus
  3. makasih..oh belum pernah baca tuh...

    BalasHapus